Showing posts with label poet. Show all posts
Showing posts with label poet. Show all posts

Friday, 3 August 2018

Kelopak Mawar Itu Bibirmu

aku tau
kau begitu terpesona pada nuansa kabut
yang bertengger
di pungung-pungung bukit itu

pada lekukan pohonan
yang menggelombang
sampai ke hatimu

o, tapi
aku lebih terpesona pada
kelopak mawar dibibirmu

dan, juga ranum pipimu
bagai apel dibuah batu

o, nona kesepian
baringkanlah kedadaku
segala yang kau bawa
suka, luka, duka dan
rambutmu
yang mempesona

baringkanlah saja kedadaku
segala yang tak kau bawa

juga, sejarah yang tertinggal
dibelakang langkahmu;
pasrahkanlah saja padaku

Thursday, 2 August 2018

Presisimu

Pertama kali melihatmu
kamu menatapku
jauh mendalam
hingga memecah
langkah sepatuku di keramaian

aku pun memalu
kerena seolah-olah
aku ini bidadarimu
yang sedang bertamasya ke halaman jiwamu

walau kutau
bibirmu nakal menggodaku
dan nanar matamu tajam seperti;
merayuku, membujukku
dan menuntunku masuk ke dalam gerbang duniamu

o,merah pipiku saat itu
yang kebetulan sedang bergincu

entah karena kumalu
atau
aku terkena rayu tubuhmu
hei, tuan di paruh waktu

bagaimana perasaanmu?
apa sama sepertiku?
yang terbuai pesona ragamu
yang tertegun sedu karena pertemuan dikala itu

kumohon, kembalilah, beri sedikit waktu!
agar aku bisa menikmatimu dan mengenalmu

Wednesday, 29 November 2017

JUNI

Masihkah kita semesra dahulu
kau memintaku mengusap kepalamu
lalu mencium lembut tepat dikeningmu

lalu kita akan melangkah bersama
menuju pesisir pantai
dan
menyaksikan matahari terbenam

sambil memegang es krim
dan soda dikedua tangan kita

kemudian kita akan teralih diantara senja
dan disaksikan cakrawala
yang kita tau burung-burung
di-laut meyaksikan kisah kita

sambil menyenderkan kedua pundak kita
di-antara gemuruh ombak
yang kian menghantam kerasnya terumbu karang


karena sore ini
adalah sore terakhir kita
yang indah
di pertengahan bulan juni

Saturday, 27 August 2016

Pikiranku

Sendiku membiru usai dilema itu
Lututku terjatuh saatku tau kau begitu
Resahku seakan abadi dalam waktumu
Remangku sembayang dalam malammu
Aku adalah waktumu
Aku adalah resahmu
Aku adalah risalahmu
Aku adalah serpahanmu
Saat kau tanya aku, aku adalah pikiranmu itu
Yang jadikanku manusia sebelas karat dan laut keruh yang sekarang pun kau tak tau

Wednesday, 17 August 2016

Panas, Dingin dan dirimu

Jangan  kau hina panas,
Karena tuan menghina siang juga

Jangan kau hina dingin,
Karena tuan menghina malam juga

Jangan kau hina aku dan dirimu,
Karena tuan menghina tuhan juga

Pujian terbaik ialah memuji diri sendiri,
Memuji memang selalu baik
Seperti meludah, berbicara itu memang selalu mudah
Melihat diri dalam kemahsyuran
Melihat diri dalam ketidak benaran
Mendorong tuan agar lebih bersyukur
Nampak jika sosok termulia sekalipun
Akan senantiasa melakukan dosa
Apalagi tuan,
Manusia biasa dan bukanlah titisan tuhan
Yang tidak tau kapan akan kembali
Yang tidak tau kapan akan larut dalam sedih

Monday, 6 June 2016

Over percaya

Aku percaya bahwa kehidupan tidak selamanya berjalan mulus
Aku percaya bahwa kehidupan tidak semuanya terurus
Aku percaya bahwa kehidupan membuat banyak mahluknya buta
Aku percaya bahwa kehidupan bukan akhir segalanya
Aku percaya jika nantinya kehidupan yang aku nikmati ini akan berakhir
Aku percaya lagi jika seseorang terlihat balik ia benar benar baik
Aku percaya lagi bahwa penampilan seseorang menentukan sifatnya
Aku percaya bahwa pemerintah akan mengupayakan kesejahteraan rakyatnya
Aku pun percaya jika kesuksesan seorang ditentukan nilai matematikannya
Setelah sekian lama percaya,
Akhirnya aku tidak mau mempercayai apa yang aku percayai tadi

Dikutip,
Oleh pemuda yang tandas kepercayaannya..

Saturday, 21 May 2016

Siang

Siang ini kuibaratkan dengan larut,
Penuh emosi dan terik
berjalanlahku dibawahnya
berjalanlahku dibuainya
berjalanlahku pada nestapanya
menuju singgah sana kedamaian,
tak kunjung juga tipunya bekerja
memancing amarah sunyi dan sepi.
Oh siang,
Aku pulang..
Oh siang,
Aku datang..
Oh siang,
Kusebut kau berulang ulang..
Sambil membawa bejana harapan,
Aku mencari penenduhan rindang,
Reduh, senyu, dan indah dibawah pepohonan
Kuteduhkan semuanya,
Berbagai masalah dan problema,
Inginku terus berjalan,
Inginku terus berjuang,
Inginku terus berandai-andai
Dalam puisi yang kutulis disini,
Aku memajang senyum,
Aku memajang tawa
Tapi,
Aku tidak memajang cinta,
Aku tidak memberikan sayang,
Tapi,
Saat siang telah usai nanti,
Akan kuberikan jiwa yang lumrah dihadapan
..kedamaian harapan

Wednesday, 27 April 2016

Pagi

Pagi hari, bulirku dijamu terik matahari
Lemahku di semagati burung gereja
Tertawalah aku,
Kalah dengan burung itu,
Sampai akhirnya ku bertemu sandiwara,
Warna coklat tapi terasa pahit,
Lalu keteguk sedemikian rupa
Jarum jam tidak mati,
Menit terus berganti,
Lantas daun terus gugur seperti hari
Fajar kita terus menerus tinggi
Bukan amarah yang dijanjikan nurani ini
Wajah kusam tak berdedikasi
Bukannya tak tahu diri,
Manusia memang berhak jatuh hati
Walau setengah hati
Walau harus disakiti
..ini sama,
Nyata,
Tiap malam tak bisa diajaka kompomi,
Banyak yang bilang lebih baik sendiri,
Aku tak tahu
Aku merasakannya
Tapi bagaimana?
Aku ingin mengungkapkannya,
Sejatinya pertiwi itu tahu,
Pelangi terlihat jelas di matanya
Senyum khas khayangan yang dipunyanya
Mengganggu malamku,
Pagiku,
Hariku,
Ini bukan perasaan hiasan,
Bukan dibuat buat apalagi sekedar saja,
Ini pasti,
Sangat kuat yang kurasa
Nona,
Apa kau tahu aku yang sebenarnya?

Friday, 15 April 2016

Cermin

Koloni insan abadi,
Nyata namun tak tampak.
Barisan awan nan suci,
Indah namun tak lama.
Aku bukannya buta nona,
Aku bukannya bisu juga,
Aku bukannya tak mendengarkan nona,
Namun saat pertama kali lihat nona,
Yang terpikirkan hanya kemunduran.
Bukan bearti takut,
Bukan juga tidak sanggup,
Jujur nona, aku tak sanggup mentap senyum nona.
Jujur nona, aku juga tak sanggup untuk mencoba merayu nona.
Aku butuh pembelajaran dari sang ahli,
Bagaimana untuk mencintai
Bagaimana untuk merhargai
Bagaimana untuk mengkasihi
Aku tak sanggup nantinya kalo nona tak bahagia,
Aku tak sanggup juga kalo nona tidak nyaman pada hubungan kita,
Aku pun tersadar dari mimpi ini,
Mimpi dan belenggu halusinansi yang perlahan lahan hinggap ini,
Aku juga tak kuasa jika nanti nona harus meneteskan air mata,
Oh nona, aku bahagia mencintaimu walau harus terluka.
Sebab nona berbeda,
Berbeda dengan nona nona lainnya..

Thursday, 14 April 2016

Hampa

Ku kayuh kemampuanku disini,
Saat itu penuh harapan.
Ku kayuh lagi kemampuanku disini,
Saat itu penuh tujuan.
Ku kayuh pasti kemampuanku disini,
Saat itu matahari mulai terbit.
Seperti binar binar kesungguhan ini,
Mengejar sesuatu yang pasti,
Walau pelan dan perlahan.
Beraninya ketika itu,
Menembus tujuan dan tekad,
Bukan tidak baik,
Bukan terpaksa juga.
Seketika aku tertawa,
Melihat semua orang penuh ambisi,
Kalau saja ambisi mereka benar,
Aku bahkan tak termotivasi,
Karena caranya salah,
Menjatuhkan,
Jatuhkan,
Runtukan,
Sungguh binal tuan,
Cara yang kau lakukan.
Sebagai mahluk yang penuh akal,
Kau pun masih curang.
Padahal kau cuma penumpang tuan,
Ditempat sementara dan penuh kebuntuan,
Kupastikan,
Kau menyesal,
Walau sudah terlambat,
Karena tuhan tidak menyukai tuan,
Maka tamatlah riwayat tuan,
Jatuh dan jatuh dimata sang tuhan.
Tidak ada kesempatan,
Tidak ada harapan,
Nikmati saja dihari pembalasan..

Sebuah penantian berujung kesesalan

Hidup begitu tunduh dalam ju'mat membiru Sesak terletak pada jantung kalbu tentang runtuhnya rangkaian peristiwa cinta hilang ditelan bu...