Showing posts with label feelings. Show all posts
Showing posts with label feelings. Show all posts

Friday, 15 April 2016

Cermin

Koloni insan abadi,
Nyata namun tak tampak.
Barisan awan nan suci,
Indah namun tak lama.
Aku bukannya buta nona,
Aku bukannya bisu juga,
Aku bukannya tak mendengarkan nona,
Namun saat pertama kali lihat nona,
Yang terpikirkan hanya kemunduran.
Bukan bearti takut,
Bukan juga tidak sanggup,
Jujur nona, aku tak sanggup mentap senyum nona.
Jujur nona, aku juga tak sanggup untuk mencoba merayu nona.
Aku butuh pembelajaran dari sang ahli,
Bagaimana untuk mencintai
Bagaimana untuk merhargai
Bagaimana untuk mengkasihi
Aku tak sanggup nantinya kalo nona tak bahagia,
Aku tak sanggup juga kalo nona tidak nyaman pada hubungan kita,
Aku pun tersadar dari mimpi ini,
Mimpi dan belenggu halusinansi yang perlahan lahan hinggap ini,
Aku juga tak kuasa jika nanti nona harus meneteskan air mata,
Oh nona, aku bahagia mencintaimu walau harus terluka.
Sebab nona berbeda,
Berbeda dengan nona nona lainnya..

Thursday, 14 April 2016

Hampa

Ku kayuh kemampuanku disini,
Saat itu penuh harapan.
Ku kayuh lagi kemampuanku disini,
Saat itu penuh tujuan.
Ku kayuh pasti kemampuanku disini,
Saat itu matahari mulai terbit.
Seperti binar binar kesungguhan ini,
Mengejar sesuatu yang pasti,
Walau pelan dan perlahan.
Beraninya ketika itu,
Menembus tujuan dan tekad,
Bukan tidak baik,
Bukan terpaksa juga.
Seketika aku tertawa,
Melihat semua orang penuh ambisi,
Kalau saja ambisi mereka benar,
Aku bahkan tak termotivasi,
Karena caranya salah,
Menjatuhkan,
Jatuhkan,
Runtukan,
Sungguh binal tuan,
Cara yang kau lakukan.
Sebagai mahluk yang penuh akal,
Kau pun masih curang.
Padahal kau cuma penumpang tuan,
Ditempat sementara dan penuh kebuntuan,
Kupastikan,
Kau menyesal,
Walau sudah terlambat,
Karena tuhan tidak menyukai tuan,
Maka tamatlah riwayat tuan,
Jatuh dan jatuh dimata sang tuhan.
Tidak ada kesempatan,
Tidak ada harapan,
Nikmati saja dihari pembalasan..

Kusut

Ada kalanya bulan bersinar,
Ada kalanya matahari tengalam,
Seperti ombak dilautan,
Yang tadinya tenang,
Menjadi melawan,
Siang pun segera datang,
Seperti sang elang yang terbang diatasnya,
Terus berjalan dan menggepakan sayapnya,
Kemanapun ia pergi,
Kemanapun ia melangkah,
sayapnya, tidak pernah lelah
Dan perahu nelayan,
Sang nelayan yang sedang mencari makan,
Berapa tuan hasilnya,ia terima.
Suka rela tanpa pamrih,
Bersyukur kepada yang maha esa.
Dan itu membuatku iri,
Kebahagian yang diterima keluarga mereka,
Sepiring bersama dengan canda,
Menikmati duka dan tetap beryukur kepadanya,
Uang bukan lagi jalan,
Jalan untuk meraih semua,
Ada yang tak bisa,
Kebahagiaan yang abadi,
Ialah beryukur kepada sang penguasa.
Cukup adil nona,
Kehidupan disini dan disana,
Pesisir dan perkotaan.
Lusuh , kusut dan semangat.
Rapih, bersih dan malas.
Itu bedanya tuan,kau hanya kurang,
Kurang mensyukurinya.
Persetan dengan harta,
Jika hasil menjarah.
Persetan dengan kota,
Mewah tapi sengsara.
Megah tapi sengsara.
Mulus tapi tak indah.

Dikutip,
Oleh pemuda yang 'masih' kurang bersyukur..

Sebuah penantian berujung kesesalan

Hidup begitu tunduh dalam ju'mat membiru Sesak terletak pada jantung kalbu tentang runtuhnya rangkaian peristiwa cinta hilang ditelan bu...