Sendiku membiru usai dilema itu
Lututku terjatuh saatku tau kau begitu
Resahku seakan abadi dalam waktumu
Remangku sembayang dalam malammu
Aku adalah waktumu
Aku adalah resahmu
Aku adalah risalahmu
Aku adalah serpahanmu
Saat kau tanya aku, aku adalah pikiranmu itu
Yang jadikanku manusia sebelas karat dan laut keruh yang sekarang pun kau tak tau
Saturday, 27 August 2016
Pikiranku
Wednesday, 17 August 2016
Panas, Dingin dan dirimu
Jangan kau hina panas,
Karena tuan menghina siang juga
Jangan kau hina dingin,
Karena tuan menghina malam juga
Jangan kau hina aku dan dirimu,
Karena tuan menghina tuhan juga
Pujian terbaik ialah memuji diri sendiri,
Memuji memang selalu baik
Seperti meludah, berbicara itu memang selalu mudah
Melihat diri dalam kemahsyuran
Melihat diri dalam ketidak benaran
Mendorong tuan agar lebih bersyukur
Nampak jika sosok termulia sekalipun
Akan senantiasa melakukan dosa
Apalagi tuan,
Manusia biasa dan bukanlah titisan tuhan
Yang tidak tau kapan akan kembali
Yang tidak tau kapan akan larut dalam sedih
Tuesday, 7 June 2016
Malam
Malam ini seperti mimpi...
Entahlah, tiba tiba aku ingin bersajak saat itu
Hanya karena pertemuan singkat kala itu
Hanya kau dan aku yang tahu saat itu
Seakan takdir sedang berbisik mesra sekali
Hai pria muda, Cintailah dia..
Hai pria muda, Kasihilah dia..
Hai pria muda, Bahagiakanlah dia..
Naluriku pun berkata demikian
Menuntunku untuk bersandiwara dengan takdir itu
Aku tak pernah sungkan untuk bertanya
Manisku, Sedang apa kau?
Dijawabnya dengan sendu, Aku dilanda rindu turut juga ketakutan kepastian darimu..
Kujelskan padanya, Anggap saja seperti ini;
Jika malamku ini indah maka anggaplah ini milikmu juga..
Jika aku dikuasai cinta maka anggaplah kau di kuasai juga..
Entahlah,
Ingin sekali aku mendekapmu
Ingin sekali aku berlama-lama menatapmu
Ingin sekali aku melihat kata kata cinta dari bibir mutiaramu itu
Jika malam ini telah usai, anggaplah perasaanku tak pernah usai.
Jangan tanyakan lagi, aku memang seperti itu.
Kuceritakan dalam sajak memang sengaja,
Agar kau mudah memahaminya
Monday, 6 June 2016
Over percaya
Aku percaya bahwa kehidupan tidak selamanya berjalan mulus
Aku percaya bahwa kehidupan tidak semuanya terurus
Aku percaya bahwa kehidupan membuat banyak mahluknya buta
Aku percaya bahwa kehidupan bukan akhir segalanya
Aku percaya jika nantinya kehidupan yang aku nikmati ini akan berakhir
Aku percaya lagi jika seseorang terlihat balik ia benar benar baik
Aku percaya lagi bahwa penampilan seseorang menentukan sifatnya
Aku percaya bahwa pemerintah akan mengupayakan kesejahteraan rakyatnya
Aku pun percaya jika kesuksesan seorang ditentukan nilai matematikannya
Setelah sekian lama percaya,
Akhirnya aku tidak mau mempercayai apa yang aku percayai tadi
Dikutip,
Oleh pemuda yang tandas kepercayaannya..
Saturday, 21 May 2016
Siang
Siang ini kuibaratkan dengan larut,
Penuh emosi dan terik
berjalanlahku dibawahnya
berjalanlahku dibuainya
berjalanlahku pada nestapanya
menuju singgah sana kedamaian,
tak kunjung juga tipunya bekerja
memancing amarah sunyi dan sepi.
Oh siang,
Aku pulang..
Oh siang,
Aku datang..
Oh siang,
Kusebut kau berulang ulang..
Sambil membawa bejana harapan,
Aku mencari penenduhan rindang,
Reduh, senyu, dan indah dibawah pepohonan
Kuteduhkan semuanya,
Berbagai masalah dan problema,
Inginku terus berjalan,
Inginku terus berjuang,
Inginku terus berandai-andai
Dalam puisi yang kutulis disini,
Aku memajang senyum,
Aku memajang tawa
Tapi,
Aku tidak memajang cinta,
Aku tidak memberikan sayang,
Tapi,
Saat siang telah usai nanti,
Akan kuberikan jiwa yang lumrah dihadapan
..kedamaian harapan
Wednesday, 27 April 2016
Pagi
Pagi hari, bulirku dijamu terik matahari
Lemahku di semagati burung gereja
Tertawalah aku,
Kalah dengan burung itu,
Sampai akhirnya ku bertemu sandiwara,
Warna coklat tapi terasa pahit,
Lalu keteguk sedemikian rupa
Jarum jam tidak mati,
Menit terus berganti,
Lantas daun terus gugur seperti hari
Fajar kita terus menerus tinggi
Bukan amarah yang dijanjikan nurani ini
Wajah kusam tak berdedikasi
Bukannya tak tahu diri,
Manusia memang berhak jatuh hati
Walau setengah hati
Walau harus disakiti
..ini sama,
Nyata,
Tiap malam tak bisa diajaka kompomi,
Banyak yang bilang lebih baik sendiri,
Aku tak tahu
Aku merasakannya
Tapi bagaimana?
Aku ingin mengungkapkannya,
Sejatinya pertiwi itu tahu,
Pelangi terlihat jelas di matanya
Senyum khas khayangan yang dipunyanya
Mengganggu malamku,
Pagiku,
Hariku,
Ini bukan perasaan hiasan,
Bukan dibuat buat apalagi sekedar saja,
Ini pasti,
Sangat kuat yang kurasa
Nona,
Apa kau tahu aku yang sebenarnya?
Friday, 15 April 2016
Cermin
Koloni insan abadi,
Nyata namun tak tampak.
Barisan awan nan suci,
Indah namun tak lama.
Aku bukannya buta nona,
Aku bukannya bisu juga,
Aku bukannya tak mendengarkan nona,
Namun saat pertama kali lihat nona,
Yang terpikirkan hanya kemunduran.
Bukan bearti takut,
Bukan juga tidak sanggup,
Jujur nona, aku tak sanggup mentap senyum nona.
Jujur nona, aku juga tak sanggup untuk mencoba merayu nona.
Aku butuh pembelajaran dari sang ahli,
Bagaimana untuk mencintai
Bagaimana untuk merhargai
Bagaimana untuk mengkasihi
Aku tak sanggup nantinya kalo nona tak bahagia,
Aku tak sanggup juga kalo nona tidak nyaman pada hubungan kita,
Aku pun tersadar dari mimpi ini,
Mimpi dan belenggu halusinansi yang perlahan lahan hinggap ini,
Aku juga tak kuasa jika nanti nona harus meneteskan air mata,
Oh nona, aku bahagia mencintaimu walau harus terluka.
Sebab nona berbeda,
Berbeda dengan nona nona lainnya..
Thursday, 14 April 2016
Kusut
Ada kalanya bulan bersinar,
Ada kalanya matahari tengalam,
Seperti ombak dilautan,
Yang tadinya tenang,
Menjadi melawan,
Siang pun segera datang,
Seperti sang elang yang terbang diatasnya,
Terus berjalan dan menggepakan sayapnya,
Kemanapun ia pergi,
Kemanapun ia melangkah,
sayapnya, tidak pernah lelah
Dan perahu nelayan,
Sang nelayan yang sedang mencari makan,
Berapa tuan hasilnya,ia terima.
Suka rela tanpa pamrih,
Bersyukur kepada yang maha esa.
Dan itu membuatku iri,
Kebahagian yang diterima keluarga mereka,
Sepiring bersama dengan canda,
Menikmati duka dan tetap beryukur kepadanya,
Uang bukan lagi jalan,
Jalan untuk meraih semua,
Ada yang tak bisa,
Kebahagiaan yang abadi,
Ialah beryukur kepada sang penguasa.
Cukup adil nona,
Kehidupan disini dan disana,
Pesisir dan perkotaan.
Lusuh , kusut dan semangat.
Rapih, bersih dan malas.
Itu bedanya tuan,kau hanya kurang,
Kurang mensyukurinya.
Persetan dengan harta,
Jika hasil menjarah.
Persetan dengan kota,
Mewah tapi sengsara.
Megah tapi sengsara.
Mulus tapi tak indah.
Dikutip,
Oleh pemuda yang 'masih' kurang bersyukur..
Sebuah penantian berujung kesesalan
Hidup begitu tunduh dalam ju'mat membiru Sesak terletak pada jantung kalbu tentang runtuhnya rangkaian peristiwa cinta hilang ditelan bu...
-
Aku ingin bisikan sesuatu yang mesra melalui bibirku. seperti ini, bunyinya; Kuingin hidangkan sajak demi sajak melalui telingamu, bersama...
-
Jangan kau hina panas , Karena tuan menghina siang juga Jangan kau hina dingin , Karena tuan menghina malam juga Jangan kau ...