Friday, 10 August 2018

Bagaimana Jogja?

Bagaimana jogja hari ini?
lihat tanda tanya itu
hangat dan nyaman, bukan?
seperti peluknya ditepi pundakmu
dan tanda tanya itu
bukan hendak menganggu
tapi telingaku selalu gatal ingin tau
Jogja, yang ingin kutanyakan padamu
tentang segala kebahagiaan yang keluar
dari canda ditutur katamu
Dan sebuah percakapan mesra
yang kudengar merayu soremu
Jogja, kau tau?
selir darahku mengalir sebagian
seperti tertusuk-tusuk jarum
sebagian lagi ingin segera menyusulmu
biar bagaimanapun, aku tak rela
kau berkencan dengan pria yang tak jelas asal-usulnya seperti aku
kau pilih dia, saya pilih kamu
biar semua hilang,
hilang,
dan
hilang seperti kepercayaan diriku
karena dunia yang telah
kupercayakan padamu
tanggal seperti sebuah nyanyian bisu
yang didengarkan kepada tuli

2018

Friday, 3 August 2018

Kelopak Mawar Itu Bibirmu

aku tau
kau begitu terpesona pada nuansa kabut
yang bertengger
di pungung-pungung bukit itu

pada lekukan pohonan
yang menggelombang
sampai ke hatimu

o, tapi
aku lebih terpesona pada
kelopak mawar dibibirmu

dan, juga ranum pipimu
bagai apel dibuah batu

o, nona kesepian
baringkanlah kedadaku
segala yang kau bawa
suka, luka, duka dan
rambutmu
yang mempesona

baringkanlah saja kedadaku
segala yang tak kau bawa

juga, sejarah yang tertinggal
dibelakang langkahmu;
pasrahkanlah saja padaku

Thursday, 2 August 2018

Sebuah Bisikan Mesra yang Mengoda Telingamu


Aku ingin bisikan sesuatu yang mesra melalui bibirku. seperti ini, bunyinya;

Kuingin hidangkan sajak demi sajak melalui telingamu, bersama manis senyummu, wangi rambutmu, mulus tubuhmu
-- betapa indah ciptaan-Nya, kataku berdesik
dia tak hanyut, kecuali gerakanku menyibak
dan deru dikelopak matamu bercahaya saat kukujungi bibir mungil itu

cinta pun menjilat-jilat dalam ruang
ketika jari-jariku lembut itu menyusurimu
di atas ranjang pembakaran
helai demi helai bajumu pun lepas
jatuh ke lantai berdebu

setelah kuhentakan segala cinta
yang membuatmu terlena
karena darah firdaus
telah membasahi kita

aku mengembara
hingga keserat daging
kau begitu fana
meski tak setuju
terbawa pulang juga

Presisimu

Pertama kali melihatmu
kamu menatapku
jauh mendalam
hingga memecah
langkah sepatuku di keramaian

aku pun memalu
kerena seolah-olah
aku ini bidadarimu
yang sedang bertamasya ke halaman jiwamu

walau kutau
bibirmu nakal menggodaku
dan nanar matamu tajam seperti;
merayuku, membujukku
dan menuntunku masuk ke dalam gerbang duniamu

o,merah pipiku saat itu
yang kebetulan sedang bergincu

entah karena kumalu
atau
aku terkena rayu tubuhmu
hei, tuan di paruh waktu

bagaimana perasaanmu?
apa sama sepertiku?
yang terbuai pesona ragamu
yang tertegun sedu karena pertemuan dikala itu

kumohon, kembalilah, beri sedikit waktu!
agar aku bisa menikmatimu dan mengenalmu

Wednesday, 29 November 2017

JUNI

Masihkah kita semesra dahulu
kau memintaku mengusap kepalamu
lalu mencium lembut tepat dikeningmu

lalu kita akan melangkah bersama
menuju pesisir pantai
dan
menyaksikan matahari terbenam

sambil memegang es krim
dan soda dikedua tangan kita

kemudian kita akan teralih diantara senja
dan disaksikan cakrawala
yang kita tau burung-burung
di-laut meyaksikan kisah kita

sambil menyenderkan kedua pundak kita
di-antara gemuruh ombak
yang kian menghantam kerasnya terumbu karang


karena sore ini
adalah sore terakhir kita
yang indah
di pertengahan bulan juni

Saturday, 27 August 2016

Pikiranku

Sendiku membiru usai dilema itu
Lututku terjatuh saatku tau kau begitu
Resahku seakan abadi dalam waktumu
Remangku sembayang dalam malammu
Aku adalah waktumu
Aku adalah resahmu
Aku adalah risalahmu
Aku adalah serpahanmu
Saat kau tanya aku, aku adalah pikiranmu itu
Yang jadikanku manusia sebelas karat dan laut keruh yang sekarang pun kau tak tau

Wednesday, 17 August 2016

Panas, Dingin dan dirimu

Jangan  kau hina panas,
Karena tuan menghina siang juga

Jangan kau hina dingin,
Karena tuan menghina malam juga

Jangan kau hina aku dan dirimu,
Karena tuan menghina tuhan juga

Pujian terbaik ialah memuji diri sendiri,
Memuji memang selalu baik
Seperti meludah, berbicara itu memang selalu mudah
Melihat diri dalam kemahsyuran
Melihat diri dalam ketidak benaran
Mendorong tuan agar lebih bersyukur
Nampak jika sosok termulia sekalipun
Akan senantiasa melakukan dosa
Apalagi tuan,
Manusia biasa dan bukanlah titisan tuhan
Yang tidak tau kapan akan kembali
Yang tidak tau kapan akan larut dalam sedih

Sebuah penantian berujung kesesalan

Hidup begitu tunduh dalam ju'mat membiru Sesak terletak pada jantung kalbu tentang runtuhnya rangkaian peristiwa cinta hilang ditelan bu...