Monday, 10 August 2020

Sebuah penantian berujung kesesalan

Hidup begitu tunduh dalam ju'mat membiru
Sesak terletak pada jantung kalbu
tentang runtuhnya rangkaian peristiwa cinta
hilang ditelan bumi manusia nun cerita luka

Mata mengayup-ngayup lirih menatap gembur bumi
Diakhir pementasan takdir yang baru saja dimulai
Tak ada yang menuai tawa
Begitu juga gembira
Semua bermesraan dengan air mata
Begitu lama. berlama-lama

Hentakan suara mengagetkan bunda
yang jiwanya telah tiada . .

2 menit terasa begitu lama pada nilai ganjil yang bersemayam dalam 5 hitungan berupa sebuah kematian. Deklarasi bahagia tak ada, semua merasa duka. Kepergian begitu cepat walau penuh luka dan derita. Sebuah perjuangan kebebasan yang dinanti-nantikan. Tubuh menyiksa tubuh, membuat seolah lumpuh namun tak mau juga sembuh.

Dan kita termangu memaku kesibukan dan mati. 




Friday, 7 August 2020

Jika ada yang bertanya wanita seperti apa yang paling kusukai

Jika ada yang bertanya wanita seperti apa yang paling kusukai, maka akan kujawab wanita yang mencintai dirinya sendiri, kemudian menaruh prioritas terhadap keluarganya diatas urusan pentingnya. Dan wanita seperti itu adalah wanita yang pantas dinikahi. Karena wanita tersebut adalah wanita yang berani. mempunyai nilai yang tidak dibuat-buat. Jika hubungan dalam internal keluarga hendak tidak baik, bagimana dengan yang lain? itu adalah bentuk kritis yang selalu kutanamkan dalam diri, sejak beberapa waktu lalu dan kedepan. 

Jujur saja,  Aku tidak pernah menyalahkan sebuah kejadian yang sudah terjadi. Namun sangat di sayangkan sekali jika tidak diperbaiki secepatnya. apalagi tidak ada pengkondisian menurunkan ego dalam diri. Sudah pasti ingin selalu merasa lebih dan superior juga tidak ada kebaikan didalamnya. 

Aku percaya pada kekuatan energi. Karena itu mengalir dalam segala aspek kehidupan manusia. Kita semua saling terhubung bisa dengan rasa ataupun cinta. 

Cinta itu ada dimana-mana, buka mata dan nikmatilah  - Marryjane


Di malam sabtu aku mengingatmu

Hari ini aku tertegun meratapi telah 21 hari sejak kepergianmu hari itu. Kau pergi untuk membuatku senang dan tersenyum karena kepergianmu telah membebaskanmu dari dunia yang begitu pelik. Akupun lupa untuk merayakannya dengan tarian kesukaanku.  Karena  aku dan yang lainnya terlalu sibuk dalam luapan emosi kehilanganmu. 

Aku jadi ingat bahwa aku pernah mengatakan kepadamu, bahwa kita tuan pada masing-masing. Dan kau hanya diam saja. Cuma menganggukan dengan tatapanmu yang kosong. Telah kuingat-ingat selama kau berjuang melawan yang ada didalam dirimu sendiri, dan dalam waktu yang bersamaan akupun sedang terbuai dengan nafsu sebuah petualangan sampai-sampai melupakanmu, melupakan rasa sakitmu. 

Begitu juga dengan penyesalan setelah kau pergi, beberapa banyak duka yang datang menghampiri pintu rumah kita. Memberikan cinta terakir dalam tubuh kosongmu, yang sudah tidak berdetak. Dan kalimat-kaliamat sakral untuk menghantarkanmu dan obtuari air mata yang hadir membasahi pakaian terkahirmu. 

Mungkin kecupanmu saat aku lahir kurasa sudah terbalas saat itu, namun belum sepenuhnya yang  kusebut bernama kebaikan. Kau benar-benar membuat hampir separuh manusia yang kukenal menundukan kepala dan berduka. Padahal kenal saja tidak. Mungkin karena perbuataan dan perlakuan selama kamu berjalan diatas bumi. Dengan sebuah ketulusan yang hadir pada setiap bagian-bagian penting seperti ibuku, ayahku bersatu menjadi sebuah satu kesatuan. Saat tante-tanteku berjuang mendapatkan cita-cita yang mereka inginkan. Dan cucu-cucumu yang merengek ditengah kesibukanmu menolong manusia. 

Aku jadi bingung kenapa manusia malah menangisi kepergian orang baik? Apakah sudah terlalu banyak manusia jahat di muka bumi? atau bumi menghadapi krisis orang baik?

Sayang, yang paling kusuka darimu adalah sebuah ketulusan. Itu adalah sebuah pelajar bagi umat manusia yang masih sering terlibat rasa pamrih dalam berbagai bingkai kehidupan. 

Tidak banyak berbicara juga menjadi nilai penting, yang sangat bertolak belakang dengan kondisiku. Namun, nilai baikmu mengalir dalam nadiku. Itu yang membuatku takjub. Sangat takjub.

(bersambung) 

Thursday, 14 May 2020

Monolog

tiada monolog, karena aku ingin melakukan dialog.



Sugab dan Pikirannya

Ku berdalih sempit
dalam keagungan yang maha luas
terduduknya seorang pemuda
merancaunya tiada henti

dengan senyum sinis melihat kawan  bergembira
bukan apa-apa
hidup telalu lumrah bila tidak dirayakan 

karena itu semua tidak nyata
yang kulihat
yang kurasa
tapi ketidak mengertian mereka
atas vibrasi yang ada
adalah sebuah pernyataan kemenangan

dan apa-apa yang menjadi topik pembicaraan
lalu menjadi begitu sepi
dari ada ketidaan
wahai alam,kau berduka, aku juga
berapa banyak yang kucumbu lalu terjontar dan kuluapkan

Tentang Aku dan Savana

O, savana luas, kau bagai samudera murni di permukaan bumi. Kau terlalu murah, karena telah menerima siapa saja yang datang untuk menghirup segarnya nafasmu.
Kau juga menerima siapa saja yang ingin menyampaikan kesedihan-kesedihan atau mencari kehidupan di dalammu. Termasuk si bodoh yang tidak mampu menjertikan ''O tuhanku". Juga mereka yang sedang dimabuk asmara ragawi.

Savana, kau sebagai magnet bagi mereka yang merindukan apa arti dari sebuah ketenangan.
Savana, kau juga sebagai pendakian bagi insan yang merindukan bertafakur denganNya.
Niscaya, siapapun yang punya hasrat akan datang menghampiri kau. Kecuali mereka yang putus harapan, atau jiwa yang sedang terkunci nafsu dan terbelenggu kilaunya emas.

Kau tau Savana, aku telah berbaring di samudera luasmu, kemudian aku telah menyentuh inti dari permukaanmu dengan kecil jemariku, disaat bersamaan, aku pun menatap erat ke langit-langit sambil sesekali mencuri perhatianNya juga mensyukuri darah yang tak ada berhenti kala aku sibuk berbifurkasi dengan ayat-ayat ketuhanan sambil memuja kebesaranNya.

Sambil membayangkan wajahnya seperti rembulan, aku tak lupa mencatat kalimat-kalimat menjuntai tentang gejolak tuan-tuan tanah yang telah selesai berunding dengan raja yang sedang menawar nasib rakyat negeriku. Brengsek! sahutku saat itu. Harusnya aku membayangkan hal-hal indah namun aku malah terbuai memikirkan nasib aku dan orang-orang kerdil sepertiku. Kemudian kulemparkanlah jauh-jauh penaku. Walaupun ujungnya kupungut kembali.

Sunday, 12 August 2018

Andai

Andai aku tak cinta kau, Elya sayang, Betapa nikmat ini pemandangan!
Tapi, Elya sayang, andai padamu aku tak cinta, Bagaimana mungkin diriku bahagia?

Sebuah penantian berujung kesesalan

Hidup begitu tunduh dalam ju'mat membiru Sesak terletak pada jantung kalbu tentang runtuhnya rangkaian peristiwa cinta hilang ditelan bu...