Thursday, 14 May 2020

Tentang Aku dan Savana

O, savana luas, kau bagai samudera murni di permukaan bumi. Kau terlalu murah, karena telah menerima siapa saja yang datang untuk menghirup segarnya nafasmu.
Kau juga menerima siapa saja yang ingin menyampaikan kesedihan-kesedihan atau mencari kehidupan di dalammu. Termasuk si bodoh yang tidak mampu menjertikan ''O tuhanku". Juga mereka yang sedang dimabuk asmara ragawi.

Savana, kau sebagai magnet bagi mereka yang merindukan apa arti dari sebuah ketenangan.
Savana, kau juga sebagai pendakian bagi insan yang merindukan bertafakur denganNya.
Niscaya, siapapun yang punya hasrat akan datang menghampiri kau. Kecuali mereka yang putus harapan, atau jiwa yang sedang terkunci nafsu dan terbelenggu kilaunya emas.

Kau tau Savana, aku telah berbaring di samudera luasmu, kemudian aku telah menyentuh inti dari permukaanmu dengan kecil jemariku, disaat bersamaan, aku pun menatap erat ke langit-langit sambil sesekali mencuri perhatianNya juga mensyukuri darah yang tak ada berhenti kala aku sibuk berbifurkasi dengan ayat-ayat ketuhanan sambil memuja kebesaranNya.

Sambil membayangkan wajahnya seperti rembulan, aku tak lupa mencatat kalimat-kalimat menjuntai tentang gejolak tuan-tuan tanah yang telah selesai berunding dengan raja yang sedang menawar nasib rakyat negeriku. Brengsek! sahutku saat itu. Harusnya aku membayangkan hal-hal indah namun aku malah terbuai memikirkan nasib aku dan orang-orang kerdil sepertiku. Kemudian kulemparkanlah jauh-jauh penaku. Walaupun ujungnya kupungut kembali.

Sebuah penantian berujung kesesalan

Hidup begitu tunduh dalam ju'mat membiru Sesak terletak pada jantung kalbu tentang runtuhnya rangkaian peristiwa cinta hilang ditelan bu...